Monday, December 19, 2011

INSPIRASI DARI LAPANGAN KOMPETISI

Jumat, 09 September 2011 21:30:00 WIB
INSPIRASI DARI LAPANGAN KOMPETISI
Berbagai nilai positif dalam olahraga patut dikembangkan dan diaplikasikan dalam kehidupan. Tak dapat dipungkiri, selain
manfaat latihan untuk kebugaran fisik, olahraga juga melatih mental bagi individu yang melakukannya. Nilai-nilai yang
bermanfaat tersebut seperti kerjasama, solidaritas, persahabatan dan sportifitas, fair play, disiplin, ketekunan, serta kerja
keras untuk mencapai prestasi. Memperingati Hari Olahraga Nasional tanggal 9 September, Kick Andy menghadirkan
para mantan atlet dan atlet yang tak hanya berprestasi di lapangan tetapi juga menginspirasi dalam kehidupan.

Muslimin, mantan penarik becak, yang menjadi atlet angkat berat. Termotivasi ingin merubah garis kehidupannya,
Muslimin bekerja keras sejak remaja untuk bisa menjadi atlet angkat besi. Mulai dari menarik becak, hingga berjualan
nasi di Terminal Arjosari, Malang. Setiap hari, hampir selama 10 tahun sejak 1995, Muslimin harus mengumpulkan uang
Rp 20 ribu setiap hari untuk bisa memenuhi asupan gizi bagi seorang atlet angkat besi. Untungnya sang ibu berjualan
nasi. Nasi-nasi sisa yang tidak terjual akhirnya ia “bersihkan”. Setiap hari, dia harus menjalani rutinitas yang padat.
Menarik becak pagi hari, berlatih di siang hari dan berjualan nasi di malam hari. Kerja keras dan ketekunan berlatih
menjadikan Muslimin berhasil meraih medali emas di Pekan Olahraga Nasional (PON) Kaltim tahun 2008. Sekarang ini
selain masih aktif menjadi atlet, ia juga membangun sebuah pusat pelatihan bagi calon-calon atlet angkat besi, terutama
dari wilayah sekitar rumahnya. Terutama diperuntukkan anak-anak dari keluarga tidak mampu, tanpa memungut biaya
apapun. Hal ini dilakukannya, mengingat dulu di awal karirnya Muslimin juga mendapatkan pelatih yang baik dan ikhlas
melatih dirinya tanpa di gaji. Untuk itu ia ingin membalas budi dengan mendidik generasi penerus atlet junior angkat besi
di rumahnya.
Sin Kim Lai, mantan atlet basket dari keluarga tidak mampu yang berhasil mewujudkan mimpinya untuk membuat gedung
olahraga (GOR), memiliki klub basket, serta memberi beasiswa bagi atlet yang kurang mampu. Selepas pensiun sebagai
pemain tahun 1983, dia memutuskan menjadi pelatih. Lewat tangan dinginnya, dia membawa Jawa Timur merebut medali
emas PON XIV (1996), juga perunggu bagi Indonesia pada SEA Games XIX di Jakarta (1997). Kim Lai bermimpi memiliki
klub dan gedung olahraga sendiri untuk mencetak atlet dari kampung halamannya, Blitar. Tiga belas tahun kemudian –
mimpinya terwujud, GOR Pelangi berkapasitas 1.000 penonton itu telah berdiri sejak tahun 1997 berkat donasi dan
tabungan pribadi ayah empat anak ini. GOR tersebut juga dilengkapi kantin dan mes untuk anak kurang mampu yang
berprestasi untuk menjadi atlet binaannya (saat ini berjumlah sekitar 18 anak usia SMP-SMA). Tak hanya itu Kim Lai pun
memberi tunjangan hidup penuh untuk mereka. “Saya ingin atlet miskin berani berprestasi,” itulah semangatnya.
Ricky Achmad Subagja- adalah salah satu pebulu tangkis ganda putra legendaris dunia, asal Indonesia di era 90-an.
Berpasangan dengan Rexy Mainaki, keduanya berhasil menjuarai hampir seluruh turnamen bergengsi. Olimpiade (1996),
Asian games (1994 dan 1998), dan juara All England (1995, 1996). Siapa yang mengira jika semasa kecil Ricky lebih
menyukai sepakbola ketimbang bulutangkis. Ibunya lebih setuju jika Ricky kecil berlatih bulutangkis ketimbang
kotor-kotoran ketika bermain sepak bola. Kala itu, masuk pelatnas bagi Ricky sesungguhnya adalah masa-masa
menjemukan, karena ia harus melewati hari-harinya hanya dengan berlatih bulutangkis. Namun tekad membaja yang
tertanam sejak kecil serta dukungan penuh dari Christian Hadinata sang pelatih, mampu membuat pria kelahiran bandung
ini bisa melewatinya tanpa kebosanan. Bagi Ricky, Christian Hadinata merupakan tokoh idola dan seorang pelatih yang
paling memotivasinya untuk meraih prestasi. “Janganlah kamu dikuasai keadaan tapi kamulah yang menguasai keadaan”,

itulah salah satu nasihat pelatihnya yang tidak terlupakan.
Rio Haryanto, pembalap termuda yang tekun dan bekerja keras mewujudkan cita-citanya untuk bisa berlaga di sirkuit
Formula-1. Tetapi ia pun memiliki mimpi lain yaitu mendirikan yayasan bagi anak dan pendidikan. Prestasi rio di arena
nasional maupun internasional sangatlah membanggakan. Rio merupakan orang asia pertama yang menempati pole
position kategori junior di Grand finals Rotax Max Challenge di La Conca, Italy tahun 2008. Saat pertama kali terjun ajang
mobil Formula Asia 2.0, Rio langsung menjadi juara umum kelas Asia. Rio pun melanjutkan karier balapnya dengan
menjuarai Formula BMW Pacific sebanyak sepuluh kali berturut-turut, dan menjuarai ajang balap GP3 serta sekaligus
menjadi pembalap termuda yang menjajal mobil Formula-1. Kemampuan Rio dalam mengendalikan mesin jet darat itu
semakin lihai. Bulan Juli lalu, lagu Indonesia Raya telah berhasil dua kali berkumandang di daratan Eropa saat ia berhasil
menduduki podium pertama seri GP3, German. Meski panitia penyelenggara sempat meragukan kemampuannya, bahkan
tidak menyiapkan bendera dan lagu kebangsaan Indonesia. Tak hanya itu, disepelekan lawan bahkan media internasional
sering ia dapatkan. Tetapi Rio tetap menguatkan tekad, displin berlatih, dan fokus pada cita-cita. Tingginya prestasi yang
ia raih tidak membuat Rio lantas tinggi hati, sejak kecil anak bungsu pasangan Indah dan Sinyo Haryanto ini tak jarang
memberikan santunan dari hasil tabungannya bagi anak-anak yatim dan panti-panti asuhan. Hal itu menurutnya adalah
kegiatan untuk menjaga agar ia bisa tetap berlaku rendah hati.

Dikumpulkan dari Website http://www.kickandy.com/

0 comments:

Post a Comment