Monday, December 19, 2011

BUKAN TENAGA MEDIS BIASA

Jumat, 02 September 2011 21:30:00 WIB
BUKAN TENAGA MEDIS BIASA
Mencapai masyarakat sehat dan sejahtera sejatinya bukanlah sebuah slogan belaka, tapi benar-benar sesuatu
yang memang harus diperjuangkan. Dan inilah kisah pejuang-pejuang kesehatan masyarakat yang bekerja
dengan kesungguhan hati, mengabdi demi kesehatan sesama manusia. Bahkan sebagian rela bekerja tanpa gaji.
Adalah bidan Eulis Rosmiati yang bertugas di desa Ujung Genteng, Sukabumi, Jawa Barat, dengan warga desa yang
memiliki pengetahuan minim tentang pentingnya kesehatan. Ia bertugas sejak tahun 2008. Sebagai bidan, ia tak

sekedar membantu proses persalinan saja. Eulis juga terus membangun dan memberdayakan masyarakat desa dengan
program-program unik kreasinya.
Misal, untuk mengatasi urusan buang hajat masyarakat yang masih sembarangan, ia tak sungkan membuat gebrakan
baru dengan membentuk kelompok arisan WC, dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah warga sehat. Dan Eulis juga
menciptakan program iuran yang disesuaikan dengan kemampuan mata pencaharian masing-masing penduduk di desa
sebagai dana cadangan saat diperlukan mendadak untuk pengobatan dan biaya persalinan.
Sebut saja program meronce kasih, program untuk warga yang bekerja sebagai nelayan yang mengumpulkan satu kilo
ikan dengan kualitas paling rendah setiap habis pergi melaut. Ikan yang dikumpulkan itu, kemudian dijual pada tengkulak
dan uangnya-pun disimpan sebagai biaya cadangan. Begitu-pun dengan program lainnya, seperti seliber beras, sagandu
saminggu, lima ribu kasih dan banyak lagi. “Sejak awal tahun ini, masyarakat banyak yang sudah dapat jamkesmas,
sehingga uang hasil iuran itu sudah dipakai untuk keperluan pembangunan lain,” ujar Eulis saat tampil di Kick
Andy.
Tentu saja, Eulis juga senantiasa memperhatikan kesehatan dan kesiapan ibu hamil untuk dapat menjalani persalinan
yang sehat dan selamat. Ia kemudian menggagas program rumah singgah, yakni pemberdayaan rumah warga setempat
pengganti puskesmas sebagai tempat persalinan yang layak untuk ibu bersalin.
Kini berkat program meningkatkan kesehatan masyarakat, kesehatan dan kesejahteraan desa Ujunggenteng pun
semakin baik, hingga terkenal ke luar pelosok Sukabumi. Sebagai bidan-pun Eulis Rosmiati mendapat penghargaan
dengan menyandang gelar sang teladan kesehatan 2011.
Kisah lain datang dari Jambi. Tentang Syamsinar Rasyad, perempuan berusia 58 tahun, yang sudah 20 tahun
mengabdi sebagai seorang relawan dari Perkumpulan Pemberantas Tuberkulosis Indonesia (PPTI).
Umi, panggilan akrab ibu Syamsinar, setiap hari ia selalu berkeliling kampung untuk mencari penderita TBC, meskipun
ia bukan seorang tenaga peramedis. Tak jarang ia harus bejalan jauh untuk menemui pasien-pasiennya. Selain menemui
langsung para pasien, ia juga melakukan sosialisasi dari mesjid ke mesjid, menghimbau agar para penderita tuberculosis,
untuk mau didampingi untuk berobat di klinik PPTI.
Tak jarang Syamsinar mendapat cibiran dari masyarakat, terhadap apa yang dilakukannya. Meski demikian,

Syamsinar tak patah arang. Hingga saat ini ia sudah menolong sedikitnya 185 orang yang sembuh dari TBC. Artinya,
setiap tahun ia menyelamatkan jiwa rata-rata 10 orang atau lebih. “Dulu ada orang petani yang kena TBC parah,
setelah mengkuti pengobatan dia sembuh. Sekarang kebun kelapa sawitnya dah 10 hektar,” papar Syamsinar tentang
salah satu pasiennya. “Dan itu yang membuat saya bangga untuk terus mengabdi,” tambahnya.
Sementara itu, dari kota Agam, Bukit Tinggi, ada dokter gigi yang melebarkan misi kedokterannya. Dokter gigi Salvi
Raini adalah kepala Puskesmas di Kecamatan Biaro, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Saat memulai programnya, Salvi menghadapi tantangan budaya dan adat yang cukup ketat di daerah kerjanya, di mana
permasalahan narkoba masih dianggap sebagai suatu hal tabu yang tidak pantas untuk diungkapkan ke publik. Sehingga
sering kali warga yang keluarganya terjerumus ke dalam permasalahan narkoba, tidak mengetahui kemana harus mencari
bantuan pemulihan bagi anggota keluarganya dari kecanduan obat-obatan. Dengan menutupi permasalahan ini, justru
membuka resiko bagi terjadinya penularan penyakit akibat penggunaan narkoba, seperti HIV dan AIDS.
Salvi mengambil langkah yang mendobrak kebiasaan ini dengan melakukan pendekatan dan penyuluhan kepada warga,
sehingga para korban narkoba tidak segan dan takut untuk mendapatkan pengobatan dan rehabilitasi. Salvi juga
melakukan pendekatan ke pihak kepolisian, sehingga pasien pecandu narkoba tidak mempunyai rasa takut akan ditahan
bila berkonsultasi di Puskesmas Biaro. "Melihat masyarakat menjadi lebih baik, adalah sesuatu yg menyenangkan lebih
dari apapun," ujarnya.
Dan dari pulau Bali, ada kisah tentang seorang bidan asal Amerika, yang mengabdi bagi banyak perempuan di negeri in.
Inilah kisah-kisah penuh inspirasi dari orang-orang yang peduli sesama.

Dikumpulkan dari Website http://www.kickandy.com/

0 comments:

Post a Comment