Thursday, May 6, 2010

Cerita Tentang Annisa


    Ini cerita tentang Annisa, gadis kecil berusia lima tahun. Suatu
    sore, Annisa menemani Bundanya berbelanja di suatu supermarket.
    Ketika menunggu giliran membayar, Annisa melihat sebentuk kalung
    mutiara putih berkialuan, tergantung dalam kotak berwarna pink yang
    sangat cantik. Kalung itu nampak begitu indah, sehingga Annisa
    sangat ingin memilikinya.
    Tapi, dia tahu, pasti Bundanya sangat keberatan. Seperti biasanya,
    sebelum berangkat ke supermarket dia sudah berjanji tidak akan
    meminta apapun selain yang sudah disetujui untuk dibeli. Dan tadi
    Bundanya sudah menyetujui untuk membelikannya kaos kaki berenda yg
    cantik..

    Namun karena kalung itu sangat indah, diberanikannya untuk bertanya
    Bunda bolehkah Annisa memiliki kalung ini? Bunda boleh mengembalikan
    kaos kaki yang tadi… Sang Bunda segera mengambil kotak kalung dari
    Annisa. Dibaliknya tertera harga Rp 15,000,-. Dilihatnya mata Annisa
    yg memandangnya dengan penuh harap dan cemas.

    Sebenarnya dia bisa saja langsung membelikan kalung itu, namun ia
    tidak mau bersikap tidak konsisten. Oke…Annisa, kamu boleh memiliki
    kalung ini. Tapi kembalikan kaos kaki yg kau pilih tadi. Dan karena
    harga kalung ini lebih mahal dari kaos kaki itu, Bunda akan potong
    uang tabunganmu untuk minggu depan. Setuju?

    Annisa mengangguk lega dan segera berlari irang mengembalikan kaos
    kaki ke raknya.
    Terimakasih. ..Bunda. Annisa sangat menyukai dan menyayangi kalung
    mutiaranya. Menurutnya kalung itu membuatnya nampak cantik dan
    dewasa. Dia merasa secantik Bundanya. Kalung itu tidak pernah lepas
    dari lehernya, bahkan ketika tidur. Kalung itu hanya dilepaskannya
    jika mandi atau berenang. Sebab, kata Bundanya, jika basah kalung
    itu akan rusak, dan membuat lehernya menjadi hijau…

    Setiap malam sebelum tidur, Ayah Annisa akan membacakan cerita
    pengantar tidur. Pada suatu malam, ketika selesai membacakan sebuah
    cerita, Ayah bertanya: Annisa…, Annisa sayang nggak sama Ayah?

    Tentu dong…Ayah pasti tahu kalau Annisa sayang Ayah!
    Kalau begitu, berikan kepada Ayah kalung mutiaramu…
    Yah…, jangan dong Ayah! Ayah boleh ambil Si Ratu boneka kuda dari
    nenek! Itu kesayanganku juga.
    Ya sudahlah sayang…nggak apa-apa! Ayah mencium pipi Annisa sebelum
    keluar dari kamar Annisa.

    Kira-kira semingu berikutnya setelah selesai membacakan cerita,
    Ayah bertanya lagi:

    Annisa…, Annisa sayang nggak sama Ayah?
    Ayah, Ayah tahu bukan kalau Annisa sayang banget sama Ayah?
    Kalau begitu berikan pada Ayah kalung mutiaramu.
    Jangan Ayah…, tapi kalau Ayah mau, Ayah boleh ambil boneka Barbie
    ini. Annisa seraya menyerahkan boneka Barbie yang selalu menemaninya
    bermain.

    Beberapa malam kemudian, ketika Ayah memasuki kamarnya, Annisa
    sedang duduk di atas tempat tidurnya. Ketika didekati, Annisa
    rupanya menangis diam-diam. Kedua tangannya tergenggam diatas
    pangkuan. Dari matanya, mengalir bulir-bulir air mata membasahi pipinya.

      Ada apa Annisa, kenapa Annisa?

    Tanpa berucap sepatah kata pun, Annisa membuka tangannya. Di
    dalamnya melingkar cantik kalung mutiara kesayangannya. Kalau Ayah
    mau… ambillah kalung Annisa.

    Ayah tersenyum mengerti, diambilnya kalung itu dari tangan mungil
    Annisa. Kalung itu di masukkan kedalam kantong celana. Dan dari
    kantong satunya, dikeluarkan sebentuk kalung mutiara putih…sama
    cantiknya dengan kalung yang sangat disayangi Annisa.

    Annisa… ini untuk Annisa. Sama bukan? Memang begitu nampaknya tapi
    kalung ini tidak akan membuat lehermu menjadi hijau.

    Ya… ternyata Ayah memberikan kalung mutiara asli untuk menggantikan
    kalung mutiara imitasi Annisa.

    Sahabat, demikian pula halnya dengan Allah. Terkadang Dia meminta
    sesuatu kepada kita, karena Dia berkenan untuk menggantikannya
    dengan yang lebih baik. Namun, kadang-kadang kita seperti atau lebih
    naïf dari Annisa: menggenggam erat sesuatu yang kita amat berharga,
    dan oleh karenanya tidak ikhlas bila harus kehilangannya.

    * **Finally…,*
    *Jangan terlalu gembira atas apa yang diberikan padamu & jangan
    terlalu bersedih atas apa yang di ambil darimu ***

0 comments:

Post a Comment